Monday, January 24, 2011

sampah jadi Listrik??

PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah)
PLTSa adalah pembangkit listrik tenaga sampah, sistem kerjanya dengan mengkonversi sampah menjadi energi. Pada dasarnya ada dua alternatif proses pengolahan sampah menjadi energi, yaitu proses biologis yang menghasilkan gas-bio dan proses thermal yang menghasilkan panas. Pada kedua proses tersebut, hasil proses dapat langsung dimanfaatkan untuk menggerakkan generator listrik. Perbedaan mendasar di antara keduanya ialah proses biologis menghasilkan gas-bio yang menghasilkan tenaga yang akan menggerakkan motor yang dihubungkan dengan generator listrik sedangkan proses thermal menghasilkan panas yang dapat digunakan untuk membangkitkan steam yang kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin uap yang dihubungkan dengan generator listrik. Salah satu PLTSa di Indonesia adalah PLTSa Gedebage di Bandung Timur.

Hal-hal yang berkaitan dengan Rekayasa Termal pada PLTSa ini adalah sebagai berikut:
•INPUT
Sampah dengan komposisi:
42 % berupa sampah organic, 27% sisa makanan, 9% plastic yang dapat didaur ulang, 5% sampah tekstil, 3% samaph dari karet, dan 14% bahan lain. Tetapi dengan pengecualian, limabah kimia, potongan beton, bahan yang dapat meledak, tepung halus, cairan yang mudah terbakar, limbah medis dan sisa pengolahan limbah cair.

•PROSES
Proses Konversi Thermal
Proses konversi thermal dapat dicapai melalui beberapa cara, yaitu insinerasi, pirolisa, dan gasifikasi. Insinerasi pada dasarnya ialah proses oksidasi bahan-bahan organik menjadi bahan anorganik. Prosesnya sendiri merupakan reaksi oksidasi cepat antara bahan organik dengan oksigen. Apabila berlangsung secara sempurna, kandungan bahan organik (H dan C) dalam sampah akan dikonversi menjadi gas karbondioksida (CO2) dan uap air (H2O). Unsur-unsur penyusun sampah lainnya seperti belerang (S) dan nitrogen (N) akan dioksidasi menjadi oksida-oksida dalam fasa gas (SOx, NOx) yang terbawa di gas produk. Pirolisa merupakan proses konversi bahan organik padat melalui pemanasan tanpa kehadiran oksigen. Dengan adanya proses pemanasan dengan temperatur tinggi, molekul-molekul organik yang berukuran besar akan terurai menjadi molekul organik yang kecil dan lebih sederhana. Hasil pirolisa dapat berupa tar, larutan asam asetat, methanol, padatan char, dan produk gas. Gasifikasi merupakan proses konversi termokimia padatan organik menjadi gas. Gasifikasi melibatkan proses perengkahan dan pembakaran tidak sempurna pada temperatur yang relatif tinggi (sekitar 900-11000C). Seperti halnya pirolisa, proses gasifikasi menghasilkan gas yang dapat dibakar dengan nilai kalor 4000 kJ/Nm3.
Proses Konversi Biologis
Proses konversi biologis dapat dicapai dengan cara digestion secara anaerobik (biogas) atau tanah urug (landfill). Biogas adalah teknologi konversi biomassa (sampah) menjadi gas dengan bantuan mikroba anaerob. Proses biogas menghasilkan gas yang kaya akan methane dan slurry. Gas methane dapat digunakan untuk berbagai sistem pembangkitan energi sedangkan slurry dapat digunakan sebagai kompos. Produk dari digester tersebut berupa gas methane yang dapat dibakar dengan nilai kalor sekitar 6500 kJ/Nm3. Landfill ialah pengelolaan sampah dengan cara menimbunnya di dalam tanah. Di dalam lahan landfill, limbah organik akan didekomposisi oleh mikroba dalam tanah menjadi senyawa-senyawa gas dan cair. Senyawa-senyawa ini berinteraksi dengan air yang dikandung oleh limbah dan air hujan yang masuk ke dalam tanah dan membentuk bahan cair yang disebut lindi (leachate). Aktifias mikroba dalam landfill menghasilkan gas CH4 dan CO2 (pada tahap awal – proses aerobik) dan menghasilkan gas methane (pada proses anaerobiknya). Gas landfill tersebut mempunyai nilai kalor sekitar 450-540 Btu/scf. Sistem pengambilan gas hasil biasanya terdiri dari sejumlah sumur-sumur dalam pipa-pipa yang dipasang lateral dan dihubungkan dengan pompa vakum sentral. Selain itu terdapat juga sistem pengambilan gas dengan pompa desentralisasi.


Jadi secara sederhana proses pengolahan sampah menjadi listrik dapat diuraikan sebagai berikut: Sampah di bakar sehingga menghasilkan panas (proses konversi thermal). Panas dari hasil pembakaran dimanfaatkan untuk merubah air menjadi uap dengan bantuan boiler. Uap bertekanan tinggi digunakan untuk memutar bilah turbin. Turbin dihubungkan ke generator dengan bantuan poros. Generator menghasilkan listrik dan listrik dialirkan kerumah - rumah atau ke pabrik.

•EKONOMISER dan RE-INPUT
Sampah yang datang akan diturunkan kadar airnya dengan jalan ditiriskan dalam bunker selama 5 hari. Setelah itu sampah tersebut diproses dengan konversi termal dengan syarat kadar air berkurang tinggal 45%, sampah akan dimasukan ke dalam tungku pembakaran, kemudian dibakar pada suhu 850 - 9000C , pembakaran yang menghasilkan panas ini akan memanaskan boiler dan mengubah air didalam boiler menjadi uap. Uap yang tercipta akan disalurkan ke turbin uap sehingga turbin akan berputar.Karena turbin dihubungkan dengan generator maka ketika turbin berputar generator juga akan berputar. Generator yang berputar akan mengahsilkan tenaga listrik yang akan disalurkan ke jaringan listrik milik PLN. Uap yang melewati turbin akan kehilangan panas dan disalurkan ke boiler lagi untuk dipanaskan , demikian seterusnya. Sedangkan bila konversi gas-bio, prosesnya menghasilkan gas kaya methane dan slurry. Gas methane ini sebagai tenaga yang akan menggerakkan motor yang dihubungkan dengan generator listrik, untuk slurry dapat digunakan sebagai kompos.

•MANFAAT KELUARAN
-POSITIF
Mampu menangani tumpukan sampah di TPA yang sudah penuh.
Diperkirakan dari 500 - 700 ton sampah atau 2.000 -3.000 m3 sampah per hari akan menghasilkan listrik dengan kekuatan 7 Megawatt.
Memperkecil volume sampah kiriman.
Limbah padat dari hasil pembakaran, yang berupa debu terbang dan abu digunakan sebagai bahan banguann seperti batako.
-NEGATIF
Polusi udara, melalui air dan udara.
Proses pembakaran meningkatkan kadar emisi CO2 dan metan yang berbahaya bagi tubuh dan berakibat pemanasan global.
Hasil oksidasi yang terjadi, abu terbangnya berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia, spserti pernapasan, hipertensi, ginjal, system saraf pusat, reduksi penglihatan, sensori, pendengaran dan koordinasi tubuh, menurunkan taraf kecerdasandan menyebabkan perilaku abnormal pada anak.

No comments:

Post a Comment