Tuesday, January 25, 2011

Bahas Energi yuk...

Kawasan Mandiri Energi PLTMH Haratai, Kalimantan Selatan
Suatu kawasan dikatakan sebagai kawasan mandiri energi apabila ketersediaan energi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi di masyarakat tersebut mampu diproduksi sendiri oleh kawasan tersebut, tanpa supply energi dari kawasan lain dengan memanfaatkan potensi alam yang ada di kawasan itu. Kawasan mandiri energi mulai banyak dijumpai di Indonesia sendiri, terlebih di kawasan yang jauh dari keramaian kota dan perjalanan ke daerah tersebut sulit diakses. Sumber energi yang dimanfaatkan oleh kawasan-kawasan itu juga beragam, mulai dari memanfaatkan tenaga air, cahaya matahari, angin dan lain sebagainya. Adapun beberapa contoh dari kawasan mandiri energi di Indonesia antara lain, kawasan lindung gunung lumut yang dihuni suku Paser Muluy di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur dengan memanfaatkan pembangkit mikrohidro. kawasan pesisir pantai gesing Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta yang memanfaatkan tiupan angin sebagai penggerak kincir angin. Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat memanfaatkan biogas dari hewan ternak.

A. Profil Desa Haratai, Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan.

Desa Haratai berada di kecamatan Loksado, di kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, desa terpencil ini merupakan pemukiman Dayak Bukit, tepatnya di jantung Pegunungan Meratus. Alamnya masih sangat asri, selain itu kebudayaan masyarakat setempat masih sangat kuat hal ini dengan masih adanya kademangan Loksado. Desa Haratai terdiri tiga buah balai adat yang dihuni sekitar 510 jiwa penduduk.
Untuk mencapai Loksado, dari Banjarbaru menuju Ibu kota kabupaten Hulu Sungai Selatan (Kandangan) menggunakan angkutan khusus selama ± 3-4 jam, dengan biaya sekitar Rp. 20.000-25.000 /org, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan angkutan pedesaan menuju Kecamatan Loksado dengan biaya ± Rp.10.000/ org selama 40 menit. Setelah itu sampailah di Loksado.

1. Sungai dan Sumber Air Panas
Air yang mengalir di Sungai Mantike pada musim penghujan arusnya sangat deras dan cukup menantang untuk belanting bersama. Ketika itu tidak semua wisatawan berani melakukannya, karena sangat beresiko.
Jalan-jalan menelusuri sungai Mantike dengan lanting pada kedalaman air tertentu memang sangat mengasyikkan dan kadang kala pada lokasi tertentu bisa juga mendebarkan.
Kurang lebih 8 Km sebelum Loksado terdapat sebuah desa yang memiliki sumber air panas bernama Air Panas Tanuhi. Di tempat ini telah dibangun cottage dengan arsitektur yang unik yang dilengkapi dengan kolam renang, kolam air panas berendam, kolam air panas gelembung, cafeteria, kantor pengelola, jalan dan jembatan, sanitasi dan loket pos jaga (security), lapangan tenis, tempat santai/istirahat.Terdapat 10 buah cottage yang mampu menampung 20 orang wisatawan, lanscafe Area. Apabila kita berada di lokasi ini, maka kita akan banyak memperoleh keunggulan, karena disamping menikmati air panas, berenang, berolah raga, juga dengan leluasa dapat memandang alam Loksado yang dikelilingi dengan pegunungan.


2. Air terjun Haratai
Air Terjun Haratai terletak di desa Haratai Kecamatan Loksado. Ditempuh dengan jalan kaki dari Balai Haratai, kurang lebih 15 menit melewati hutan bambu, perkebunan karet dan kayu manis. Air terjun tersebut bertingkat tiga dengan ketinggian masing-masing kurang lebih 15 meter.
3. Balai
Di kecamatan Loksado terdapat 48 balai adat yang tiang dan tongkatnya terbuat dari kayu, lantainya dari bambu, dindingnya dari bambu yang dirancik dan diayam, atapnya dari daun ilalang/rumbia.Di dalam balai tersebut terdapat banyak kamar, agak keluar terdapat ruangan yang luas untuk tamu atau anggota keluarga bermain-main atau beristirahat. Sedangkan di tengah-tengah ruangan dibuat agak rendah sebagai tempat untuk menempatkan sangkar beserta kelengkapan lainnya yang digunakakan pada acara aruh ganal. Balai-balai tersebut antara lain: Balai Malaris, Balai Papakan, Balai sungai Binti, Balai Uling-Uling, Balai Gamin, Balai Julayan, Balai Tamiyang Malah, Balai Waja, Balai Tibatan, Balai Kacang, Urui, Balai Wariung I, Balai Wariung II, Balai Padang, Balai Kalayang, Balai Tangirau, Balai Landuyan, Balai Haratai Sato, Balai Kadamang, dan Balai Batu Balah.

B. Energi Terbarukan
1.Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)
Mikrohidro atau yang dimaksud dengan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), adalah suatu pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air sebagai tenaga penggeraknya seperti, saluran irigasi, sungai atau air terjun alam dengan cara memanfaatkan tinggi terjunan (head) dan jumlah debit air. Mikrohidro merupakan sebuah istilah yang terdiri dari kata mikro yang berarti kecil dan hidro yang berarti air. Secara teknis, mikrohidro memiliki tiga komponen utama yaitu air (sebagai sumber energi), turbin dan generator. Mikrohidro mendapatkan energi dari aliran air yang memiliki perbedaan ketinggian tertentu. Pada dasarnya, mikrohidro memanfaatkan energi potensial jatuhan air (head). Semakin tinggi jatuhan air maka semakin besar energi potensial air yang dapat diubah menjadi energi listrik. Di samping faktor geografis (tata letak sungai), tinggi jatuhan air dapat pula diperoleh dengan membendung aliran air sehingga permukaan air menjadi tinggi.

2. Cara Kerja PLTMH
PLTMH pada prinsipnya memanfaatkan beda ketinggian dan jumlah debit air per detik yang ada pada aliran air saluran irigasi, sungai atau air terjun. Aliran air ini akan memutar poros turbin sehingga menghasilkan energi mekanik. Energi ini selanjutnya menggerakkan generator dan menghasilkan listrik. Pembangunan PLTMH perlu diawali dengan pembangunan bendungan untuk mengatur aliran yang akan dimanfaatkan sebagai tenaga penggerak PLTMH. Bendungan ini dapat berupa bendungan beton atau bendungan beronjong. Bendungan dilengkapi dengan pintu air dan saringan sampah untuk mencegah masuknya kotoran atau endapan lumpur. Bendungan sebaiknya dibangun pada dasar sungai yang stabil dan aman terhadap banjir. Di dekat bendungan dibangun bangunan pengambilan (intake).
Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan saluran penghantar yang berfungsi mengalirkan air dari intake. Saluran ini dilengkapi dengan saluran pelimpah pada setiap jarak tertentu untuk mengeluarkan air yang berlebih. Saluran ini dapat berupa saluran terbuka atau tertutup. Di ujung saluran pelimpah dibangun kolam pengendap. Kolam ini berfungsi untuk mengendapkan pasir dan menyaring kotoran, sehingga air yang masuk ke turbin relatif bersih. Saluran ini dibuat dengan memperdalam dan memperlebar saluran penghantar dan menambahnya dengan saluran penguras. Kolam penenang (forebay) juga dibangun untuk menenangkan aliran air yang akan masuk ke turbin dan mengarahkannya masuk ke pipa pesat (penstok). Saluran ini dibuat dengan konstruksi beton dan berjarak sedekat mungkin ke rumah turbin untuk menghemat pipa pesat. Pipa pesat berfungsi mengalirkan air sebelum masuk ke turbin. Dalam pipa ini, energi potensial air di kolam penenang diubah menjadi energi kinetik yang akan memutar roda turbin. Biasanya terbuat dari pipa baja yang dirol, lalu dilas. Untuk sambungan antar pipa digunakan flens. Pipa ini harus didukung oleh pondasi yang mampu menahan beban statis dan dinamisnya. Pondasi dan dudukan ini diusahakan selurus mungkin, karena itu perlu dirancang sesuai dengan kondisi tanah. Turbin, generator dan sistem kontrol masing-masing diletakkan dalam sebuah rumah yang terpisah. Pondasi turbin-generator juga harus dipisahkan dari pondasi rumahnya. Tujuannya adalah untuk menghindari masalah akibat getaran. Rumah turbin harus dirancang sedemikian agar memudahkan perawatan dan pemeriksaan.
Setelah keluar dari pipa pesat, air akan memasuki turbin pada bagian inlet. Di dalamnya terdapat guided vane untuk mengatur pembukaan dan penutupan turbin serta mengatur jumlah air yang masuk ke runner atau blade (komponen utama turbin). Runner terbuat dari baja dengan kekuatan tarik tinggi yang dilas pada dua buah piringan sejajar. Aliran air akan memutar runner dan menghasilkan energi kinetik yang akan memutar poros turbin. Energi yang timbul akibat putaran poros kemudian ditransmisikan ke generator. Seluruh sistem ini harus balance. Turbin perlu dilengkapi casing yang berfungsi mengarahkan air ke runner. Pada bagian bawah casing terdapat pengunci turbin. Bantalan (bearing) terdapat pada sebelah kiri dan kanan poros dan berfungsi untuk menyangga poros agar dapat berputar dengan lancar. Daya poros dari turbin ini harus ditransmisikan ke generator agar dapat diubah menjadi energi listrik. Generator yang dapat digunakan pada mikrohidro adalah generator sinkron dan generator induksi. Sistem transmisi daya ini dapat berupa sistem transmisi langsung (daya poros langsung dihubungkan dengan poros generator dengan bantuan kopling), atau sistem transmisi daya tidak langsung, yaitu menggunakan sabuk atau belt untuk memindahkan daya antara dua poros sejajar.
Keuntungan sistem transmisi langsung adalah lebih kompak, mudah dirawat, dan efisiensinya lebih tinggi. Tetapi sumbu poros harus benar-benar lurus dan putaran poros generator harus sama dengan kecepatan putar poros turbin. Masalah ketidaklurusan sumbu dapat diatasi dengan bantuan kopling fleksibel. Gearbox dapat digunakan untuk mengoreksi rasio kecepatan putaran. Sistem transmisi tidak langsung memungkinkan adanya variasi dalam penggunaan generator secara lebih luas karena kecepatan putar poros generator tidak perlu sama dengan kecepatan putar poros turbin. Jenis sabuk y ang biasa digunakan untuk PLTMH skala besar adalah jenis flat belt, sedang V-belt digunakan untuk skala di bawah 20 kW. Komponen pendukung yang diperlukan pada sistem ini adalah pulley, bantalan dan kopling. Listrik yang dihasilkan oleh generator dapat langsung ditransmisikan lewat kabel pada tiang-tiang listrik menuju rumah konsumen.

3.Keunggulan dan Kelemahan PLTMH
a.Keuntungan lain yang didapat dengan mengembangkan PLTMH,
•Energi yang tersedia tidak akan habis selagi siklus dapat kita jaga dengan baik
•Proses yang dilakukan mudah dan murah
•Tidak menimbulkan polutan yang berbahaya.
•Dapat diproduksi di Indonesia
•Jika menerapkan mikrohidro sebagai pembangkit listrik secara tidak langsung kita ditutuntut untuk mengelola dan menata lingkungan agar tetap seimbang, sehingga sudah barang tentu tidak akan menimbulkan kerusakan lingkungan seperti banjir, tanah longsor atau erosi. Dan pada gilirannya ekosistem sungai atau daerah tangkapan akan tetap terjaga, dengan cara ini pula pemanasan global dapat lebih teredam.
•Mengurangi tingkat konsumsi energi fosil, langkah ini akan berperan dalam
•Mengendalikan laju harga minyak di pasar internasional.
•Dengan kata lain, jika akan membangun PLTMH dengan daya 100 KW (100.000 Watt) dibutuhkan biaya Rp 500 juta. Biaya tersebut relatif murah dibandingkan dengan menggunakan sumber listrik dari berbahan bakar fosil (BBM). salah satunya adalah karena teknologi PLTMH andal dan kokoh hingga mampu beroperasi lebih dari 15 tahun.
•Karena teknologi ini memanfaatkan sumber daya yang terbarukan, maka biaya operasi dan pemeliharaannya lebih rendah dibandingkan dengan mesin diesel yang menggunakan energi fosil (BBM)
•Apabila teknologi ini di gunakan untuk memutar pompa air, aman karena pompa tidak digerakan dengan motor listrik. Disamping itu efisiensinya menjadi lebih baik.
•Apabila sistem pemasangan turbin di saluran irigasi sedemikian rupa sehingga air penggerak turbin dapat dialirkan kembali ke salurannya, maka efisiensi menjadi lebih besar, karena dengan demikian air irigasi ditingkatkan daya gunanya.
PLTMH memang tidak memerlukan bahan bakar apapun. Masukan energi primer berupa aliran massa air tidak dikurangi, tetapi hanya dimanfaatkan energinya dalam jarak ketinggian tertentu atau diambil energi potensialnya saja.

b.Sedangkan untuk kelemahan dari PLTMH antara lain,
•Teknologi Mikro Hidro belum mempunyai nilai ekonomi yang baik karena masih dibuat secara pesanan (tailor made), sehingga harga masih relatif tinggi.
•Sosialisasi Teknologi Mikro Hidro masih sangat kurang, terutama mengenai fungsinya yang dapat digunakan untuk penggerak peralatan lainnya seperti pompa air, penggiling padi, kopi, dan lain-lain.
•Diperlukan sosialisasi mengenai dampak positip penerapan mikrohidro terhadap pengembangan kegiatan sosial ekonomi masyarakat pedesaan seperti industri kecil atau rumah, perbengkelan, pertanian, peternakan, pendidikan, dan lain-lain.

c.Perbedaan PLMTH dengan PLTA
PLTMH tetaplah berbeda dengan PLTA, walaupun berasal dari sumber energi yang sama, yaitu memanfaatkan sumber energi dari aliran air.
Berdasarkan kapasitas alirannya, PLMTH memiliki aliran kecil yang dihasilkan oleh sungia, sedangkan PLTA alirannya cukup deras semisal berasal dari air terjun. Energi yang dihasilkan oleh PLTMH yaitu tetgolong skala kecil < 0,1 MW, untuk PLTA tergolong skala besar >30 MW. Tenaga
listrik yang mampu dihasilkan oleh PLTMH <200Kw, sedangkan PLTA > 200Kw.


D. PLMTH Buntasan Desa Haratai - Loksado, Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan
Kondisi geografis Desa Haratai dengan hutan yang masih terjaga memberikan potensi air yang melimpah. Sehingga sangat layak untuk dibangun sebuah instalasi pembangkit listrik tenaga air yang sederhana. Pembangkit listrik ini mampu memberikan kebutuhan listrik bagi 500 jiwa penduduk Desa Haratai dan beberapa desa tetangga seperti Balai Waja dan Balai Janggar. Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Buntasan Desa Haratai diresmikan oleh Gubernur Kalimantan Selatan, Rudy Ariffin, 12 Januari 2010. Program ini merupakan inisiasi yang dibangun bersama masyarakat Adat Haratai dengan fasilitasi teknis dan manajamen oleh Yayasan Cakrawala Hijau Indonesia (YCHI) dan bantuan dana dari United Nations Development Programme (UNDP) hingga 350 juta rupiah. PLTMH Buntasan merupakan perwujudan sebuah Community owner yang dikuasai dan dikelola oleh masyarakat untuk memberikan manfaat yang berkesinambungan kepada Masyarakat. PLTMH ini memiliki kapasitas daya 17.000-20.000 watt.
Hal ini menjadikan Desa Haratai sebagai Desa Mandiri Energi dan ketersediaan energi tersebut sebagai motor penggerak pembangunan, termasuk program pengentasan kemiskinan terutama pendidikan, sosial budaya dan perekonomian. PLTMH Buntasan sangat berbeda dengan pembangkit listrik mikrohidro yang sudah ada di Kalimantan Selatan karena menerapkan konsep yang teringrasi, yaitu dengan menggabungan secara serasi aspek tekno-teknik (pemahaman teknikal tentang PLTMH); tekno-sosial (meliputi; Reka budaya, Pengembangan Kapasitas Masyarakat dan Pengembangan dan Penguatan Kelembagaan, Mendorong terwujudnya Kebikajan-kebijakan lokal yang demokratis); berikutnya tekno ekonomi (perencanaan bisnis, pengembangan inkubator bisnis, dan seed fund); dan Tekno Ekologi yang ditegaskan dengan adanya kesepakatan masyarakat untuk mewujudkan pelestarian DTA (Daerah Tangkapan Air).
PLTMH Buntasan Desa Haratai bukan hanya mampu memberikan penerangan bagi masyakarat, tetapi juga mampu memberikan perubahan taraf hidup yang lebih baik bagi masyarakat melalui pengembangan ekonomi kerakyatan yang sudah dipelopori oleh Kelompok Simpan Pinjam (KSP) Meratus Indah. Dengan terwujudnya PLTMH Buntasan ini, dapat membuka beberapa peluang usaha baru diantaranya: Penepungan dan minyak atsiri berbahan kayu manis, karena sesuai dengan potensi daerah dan peluang pasar yang terbuka, serta menciptakan unit-unit bisnis dari beberapa produk-produk hasil hutan bukan kayu lainnya, dengan ketersediaan energi listrik yang mampu mempercepat proses produksi.



DAFTAR PUSTAKA
Basuki Kurniawan, “Mengapa Mikrohidro”, Seminar Nasioanl Teknologi 2007 (SNT 2007), Yogyakarta, 24 Nopember 2007.
Jorde. Klaus, Hartmann. Ekart, Unger. Heinz, “ Good and Bad of Mini Hydro Power”, Jakarta, April 2010, Integrated Microhydro Development and Application Program (IMIDAP)
http: // bataviase.co.id
http:// cetak.kompas.com/read/xml/2010/02/06/tetapgelapdilokasijantungtambang.
http://www.cifor.cgiar.org/publications/pdf_files/research/governance/TNDNews3.pdf
http://www.pplh.or.id
http: // walhi.com
http:// Wikipedia.com
http://www.ychi.org - ychi.org
P. Damastuti Anya, “ Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro”, Majalah Wacana edisi 7 (Maret-April 1997)

No comments:

Post a Comment