Tuesday, February 1, 2011

Mubarak Mundur September, Rakyat Kian Marah


 
Presiden Mesir, Hosni Mubarak, kembali menegaskan tidak akan mundur hingga masa jabatannya berakhir pada September. Ia juga janji  tidak akan mencalonkan lagi pada pemilu berikut.
Sikap Mubarak langsung menuai kecaman dari massa demonstran, yang bersumpah tidak akan beranjak dari lokasi unjuk rasa sampai Mubarak lengser.

“Jika dia di sini sampai September, maka kami juga akan tetap di sini sampai September,” ujar salah satu demonstran di Lapangan Tahrir, Kairo, Amr Gharbeia, seperti dilansir harian 
The Guardian, Rabu 2 Februari 2011.


Layar besar yang menayangkan pidato Mubarak tersebut langsung menjadi sasaran timpukan botol dan sepatu demonstran. Mereka meneriakkan “Pergi! Pergi!" sambil mengacungkan sepatu, tanda penghinaan di masyarakat Arab. Mubarak mengatakan memilih mati di tanah Mesir dan akan mereformasi konstitusi, terutama mengenai aturan peserta pemilu.

“Ini hanya membuat kami lebih marah. Dia harus turun sekarang. Dia tidak boleh menunggu sampai September. Pesawat Mubarak telah siap,” ujar Ahmed Defouki, berharap Mubarak akan kabur ke Jeddah seperti Presiden Tunisia, Ben Ali.

“Ini seperti skenario di Tunisia, Ben Ali berjanji untuk mundur, tapi akhirnya dia berhasil digulingkan dengan cepat,” ujar Defouki lagi.

Karim Medhat Ennarah, mengaku mendengarkan pidato Mubarak bersama puluhan lainnya di sebuah warung kopi. Mereka tengah beristirahat setelah berdemo. Karena marah mendengar pidato itu, massa yang tadinya sudah lelah berdemo kembali ke Lapangan Tahrir.

“Dia adalah orang yang mencoba melakukan penawaran, padahal dia sudah tidak punya apapun untuk ditawarkan,” ujar Ennarah.

Poster-poster bertuliskan “Game Over” dan “Pergi sekarang dan kami tidak akan mengganggumu lagi” di Lapangan Tahrir semakin dijunjung tinggi. Demonstrasi sejauh ini di Kairo berlangsung aman. Demonstrasi ini diikuti oleh semua kalangan di Mesir, termasuk di antaranya wanita, anak-anak dan orang lanjut usia, baik di atas kursi roda atau menggunakan tongkat.

“Saya malu dengan generasi saya. Kami orang tua hanya duduk dan hidup selama berpuluh-puluh tahun dalam budaya korupsi tanpa sekalipun pernah protes. Generasi baru ini telah memberikan kembali tahun-tahun terbaik dalam hidup saya,” ujar warga berusia 63 tahun, Aza el-Hadari.

No comments:

Post a Comment